(View Original Web?)

KONGKO-KONGKO > KESEHATAN

Healthy Foods n drinks


<<  < (Page 5 of 5)
Buah Mengkudu Penurun Tekanan Darah

TEKANAN darah tinggi yang dapat menyebabkan stroke sekarang ini cenderung meningkat. Kebiasaan menyantap makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan sampai ke keadaan yang menyebabkan stres serta kurangnya olahraga dapat memicu tekanan darah sehingga meninggi.

Berbagai jenis obat mulai dari obat paten sampai lternatif dicari orang untuk mengobati dan mencegah penyakit akibat tekanan darah tinggi. Salah satu di antaranya ialah obat alternatif berbahan baku buah mengkudu atau juga disebut buah pace.

Mengkudu (Morinda citrifolia L) merupakan tanaman tropis, termasuk dalam familia Rubiaceae.

Penyebaran tanaman ini selain daerah tropis Asia, juga ditemukan di Afrika, Australia dan kepulauan Polinesia. Di Indonesia, mengkudu tumbuh di hampir seluruh wilayah, ditanam di pekarangan rumah atau tumbuh liar di kebun dan di hutan.

Tinggi tanaman mengkudu antara empat sampai enam meter, berdaun hijau lebar dan berbuah sepanjang tahun. Biasanya mengkudu diperbanyak melalui biji dan mudah pemeliharaannya. Tanaman mulai berproduksi sekitar delapan bulan sejak ditanam dan berproduksi terus sampai 20 tahunan.

 

Produksi buah bervariasi, tergantung pada lingkungan tumbuh, demikian pula dengan ukuran dan berat buah, dalam pertumbuhan optimal berat buah dapat mencapai 300 gram/buah.

Di Indonesia, mengkudu dikenal dengan berbagai nama. Hampir setiap orang mengenal buah ini karena khasiatnya dan juga karena baunya yang tajam menyengat.

Pada masa lalu, warna merah tua pada kain tenun batik dan tikar pandan berasal dari kulit akar mengkudu. Warna merah tersebut diperoleh dari senyawa morindon dan senyawa morindin yang diperoleh dari kulit batang dan akar mengkudu. Sedangkan buahnya yang telah tua dan matang digunakan sebagai obat batuk dan asma yang manjur.

Selain dimanfaatkan sebagai campuran jamu yang berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit atau penambah stamina tubuh.

Penelitian ilmiah terhadap tanaman mengkudu terutama buahnya yang diketahui berkhasiat dalam bidang pengobatan tradisional baru dilakukan pda tahun 1980-an dan sampai sekarang masih terus dilakukan.

Heinicke (1985), dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa ekstra buah mengkudu mengandung xeronin dan proxeronin yang berfungsi menormalkan fungsi sel yang rusak dalam tubuh manusia, sehingga daya tahan tubuh dapat ditingkatkan.

Pada tahun 1993, para peneliti Jepang yaitu Hiramatsu, Imoto, Koyano & Umezawa berhasil mengisolasi senyawa Damnacanthal dari buah mengkudu yang berfungsi sebagai anti kanker. Sedangkan Solomon (199 menuliskan, mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat serotonin, yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

Adanya senyawa scopoletin dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijdikan obat alternatif untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Sejak lama diketahui pula tanaman mengkudu dapat digunakan sebagai bahan anti bakteri. Hasil pengujian Levand (1963) memperlihatkan buah mengkudu mengandung antraquinan yang mampu melawan mikroorganisme Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Salmonella typhosa, Bacillus subtilis, Escherichia c**i.

Selain sebagai senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan kita, tanaman mengkudu terutama buahnya juga mengandung berbagai vitamin seperti vitamin C dalam konsentrasi yang tinggi, berbagai asam amino, protein, enzim garam-garam mineral dan sebagainya (Solomon, 199.

Kandungan berbagai macam zat dan senyawa kimia yang penting bagi tubuh manusia menjadikan buah mengkudu terutama yang matang dapat meningkatkan pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Mulai Menyimpang

Pola makan masyarakat sekarang ini pada umumnya telah jauh menyimpang dibandingkan dengan sekitar satu dekade sebelumnya. Adanya kedai-kedai makan yang menyediakan aneka makanan berbahan baku daging terutama daging berlemak dengan berbagai bumbu dan cita rasa sangat merangsang selera. Tetapi kita harus waspada dan ingat kesehatan, jangan sampai kesehatan terganggu karena kebiasaan menyantap makanan yang tidak mengikuti aturan kesehatan.

Beberapa buah makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan mengandung serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menghambat kerja otot polos dan syaraf.

Bahan makanan tersebut misalnya daging terutama yang berlemak, hewan laut (udang, rajungan/kepiting dan kerang) dan buah-buahan seperti nenas, pisang, prem serta berbagai buah berkulit keras seperti kelapa dan kemiri.

Seretonim juga terdapat pada sengatan lebah dan kalajengking. Bila kita sering menyantap makanan yang kandungan serotoninnya tinggi seperti tertulis di atas dalam jumlah banyak, maka akibat yang pertama kali terlihat ialah pernafasan yang terganggu (terasa berat) karena terjadi bronkokonstriksi (penyempitan bronkus paru-paru).

Selain itu dapat juga terjadi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), baik pembuluh darah jantung maupun pembuluh darah selaput otak dan pembuluh darah paru-paru.

Hal ini yang menjadikan alirah darah terhambat dan jantung harus bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Akibat yang lebih parah lagi ialah terjadi stroke, karena aliran darah tidak lancar maka suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah (haemoglobin) menjadi terlambat, sehingga otak kekurangan oksigen dan mengakibatkan kelumpuhan pada bagian tubuh yang kerjanya dipengaruhi oleh bagian otak yang mengalami vasokonstriksi.

Diketahui, buah mengkudu mengandung senyawa scopoletin sebagai senyawa kimia yang dapat mengikat serotonin dalam jumlah berlebih dalam tubuh.

Kadar normal serotonin dalam darah adalah 0,1-0,3 mikrogram/ml dan dalam tubuh orang dewasa mengandung kira-kira 5-10 mg serotonin.

 

Serotonin dalam kadar normal di dalam tubuh tidak mempunyai peran yang spesifik, tetapi terlibat dalam hampir semua proses metabolisme.

Uji preklinis terhadap hewan uji tikus putih dan ujiklinis terhadap manusia yang telah dilakukan peneliti Direktorat Teknologi Farmasi dan Medika, Deputi TAB-BPP Teknologi memperlihatkan bahwa ekstrak buah mengkudu ternyata dapat menurunkan tekanan darah.

Hasil pengujian tersebut memperlihatkan ekstrak buah mengkudu ternyata dapat menurunkan tekanan darah yang meninggi sampai relatif normal kembali.

Hasil pengujian ekstrak buah mengkudu terhadap manusia tetulis dalam Tabel 1 berikut ini:

Dari tabel di atas terlihat bahwa pengujian pada manusia memperlihatkan hasil yang positif, pada akhir masa pengujian tekanan darah yagn semula 170/110 mmHg turun menjadi 115/80 mmHg setelah 12 minggu masa pengujian.

Takaran atau jumlah ekstrak buah mengkudu yang diberikan dalam masa pengujian berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Secara normal takaran yang diberikan pada manusia adalah sebanyak 15ml/50 kg berat badan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari kira-kira setengah jam sebelum makan nasi atau 2 jam sesudah makan nasi, agar penyerapan/absorbsi bahan aktif dalam ekstrak buah mengkudu tersebut berjalan sempurna.

Bila tekanan darah ideal yang diinginkan telah tercapai, pemberian ekstrak buah mengkudu dapat dikurangi, cukup sekali sehari dengan takaran darah ideal tersebut tetap menjaga tekanan darah ideal tersebut sebaiknya kebiasaan menyantap makanan yang berisiko meningkatkan tekanan darah juga dikurangi atau dihentikan sama sekali.

Berolahraga secara teratur dan benar juga menunjang

upaya mempertahankan tekanan darah ideal, karena dapat melancarkan aliarn darah serta menggiatkan kerja jantung sehingga kita menjadi lebih sehat.

Prospek

Sudah sejak lama kita mengkonsumsi buah mengkudu, baik sebagai obat tradisional misalnya obat batuk, obat asma, penghilang rasa sakit kepala, lelah maupun sebagai campuran makanan (urap, rujak). Pada saat itu kita belum mengetahui secara pasti senyawa apa yang terkandung dalam buah mengkudu tersebut.

Kemajuan teknologi masa kini sangat pesat dan dengan peralatan analisis yang canggih, apa yang terkandung dalam buah mengkudu dapat diketahui.

Pengujian secara preklinis dan klinis lebih mengungkapkan khasiat buah mengkudu dan bagian lain dari tanaman tersebut. Pada saat ini buah mengkudu melimpah, karena mudahnya tanaman itu tumbuh, dimana saja dan kapan saja.

Pemanfaatan secara langsung misalnya dengan mengkonsumsi buah mengkudu muda atau yang matang mengkal sebagai buah rujak atau dibuat ekstrak/sari buah dengan bahan baku buah matang yang diparut lalu diperas diambil airnya.

Tampaknya obat alternatif dengan bahan baku buah mengkudu ini banyak peminatnya, karena sekarang kita sudah mulai melangkah ke segala sesuatu yang berbau alami.
Naga, Buah Lezat Berkhasiat Obat

Haluskan kulit

Red pitaya-sebutan buah naga berdaging merah-itu dikonsumsi pagi dan sore hari masing-masing 1 buah berbobot 250 g. Zaenal berhenti mengkonsumsi nasi, salah satu sumber gula yang pantang dikonsumsi penderita diabetes. ‘Selama diet, saya hanya mengkonsumsi buah naga,’ katanya. Konsumsi obat penurun gula darah juga dihentikan.

Delapan hari berselang, kondisi tubuh Zaenal mulai membaik. Ketika diperiksa kembali di RS Harapan, kadar gula darah turun menjadi 139 mg/dl. Sejak itulah bila kadar gula darah kembali melambung, ‘Saya langsung mengkonsumsi buah naga,’ ujarnya.

Kisah Zaenal Solikhin itu seakan membenarkan anggapan buah naga-terutama buah naga berdaging merah Hylocereus polyrhizus-yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Menurut Prof Dr Muhammad Yusuf, ahli pengobatan tradisional China, dalam kebudayaan Tionghoa buah naga dipercaya menghaluskan kulit wajah sehingga tampil lebih cantik. Namun, ia tidak digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit mematikan seperti kanker atau jantung. ‘Buah naga baik untuk mengatasi panas dalam karena bersifat mendinginkan,’ ujarnya.

Terbukti ilmiah

Berbagai hasil penelitian ilmiah menunjukkan buah naga berfaedah bagi kesehatan. Marhazlina M, peneliti Department of Nutrition and Dietetics Faculty of Medicine and Health Sciences Universiti Putra Malaysia, meneliti pengaruh mengkonsumsi buah naga terhadap kadar gula darah dan kolesterol pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak tergantung insulin. Uji dilakukan terhadap 28 pasien berusia 40-55 tahun.

Sukarelawan itu dibagi ke dalam 4 kelompok, masing-masing terdiri atas 7 pasien. Pasien pada kelompok I diberi asupan 400 g buah naga berdaging merah setiap hari, kelompok II 600 g, kelompok III tanpa perlakuan, dan kelompok IV diberi obat penurun kadar gula darah yang beredar di pasaran.

Darah pasien diperiksa pada minggu pertama pascaperlakuan, 4 minggu, dan 2 minggu sebelum perlakuan berakhir. Total masa perlakuan 7 minggu. Darah pasien diperiksa dengan mesin penganalisis kimia otomatis.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL)-kolesterol baik-pasien kelompok I meningkat 14,1% setelah 4 minggu perlakuan. Sedangkan kadar gula darah pasien menurun 19,94%, kolesterol low density lipoprotein (LDL)-kolesterol buruk-5,94%, dan trigliserida 23,52%. Kesimpulannya, buah naga berdaging merah berpotensi membantu menurunkan kadar gula darah dan mencegah risiko penyakit jantung pada pasien diabetes. Hasil itu tidak jauh berbeda dengan kelompok II.

Pitaya juga terbukti kaya antioksidan. Hasil riset Agricultural Research Service (ARS), United States Department of Agriculture (USDA), buah naga berdaging merah mengandung total fenolat 1.076 ?mol gallic acid equivalents (GAE)/g puree. Aktivitas antioksidan mencapai 7,59 ?mol trolox equivalents (TE)/g puree. Sedangkan yang berdaging putih Hylocereus undatus mengandung total fenolat 523 ?mol GAE/g dan aktivitas antioksidan 2,96 ?mol TE/g.

Daun dan kulit buah

Faedah buah naga bagi kesehatan ternyata tak hanya dipersembahkan daging buah. Hasil penelitian Rosario Vargas Sol?s dari Laboratorio de Investigation de Fitofarmacolog?a, Universidad Autonoma Metropolitana Xochimilco, Meksiko, ekstrak kloroform daun buah naga berdaging putih mengandung senyawa pentacyclic triterpene taraxast-20-ene-3a-ol dan taraxast-12,20(30)-dien-3a-ol. Kedua senyawa itu terbukti melindungi kelenturan pembuluh darah kelinci.

Peneliti memperkirakan keampuhan kedua senyawa itu hampir menyamai troxerutin, salah satu obat pelindung pembuluh darah mikro yang beredar di pasaran. Obat itu berfaedah mengurangi risiko pecahnya pembuluh darah. Hasil uji in vitro yang dilakukan Li-chen Wu, peneliti Department of Applied Chemistry, National Chi-Nan University, menunjukkan ekstrak kulit buah naga berdaging merah berpotensi menghambat pertumbuhan sel tumor B16F10 pada dosis 25 ?g. Itu membuktikan buah naga tak hanya lezat bila disantap, tetapi juga berfaedah sebagai obat.
Dragon Fruit , Buah Kaktus Eksotik

Akhir-akhir ini pasar swalayan kita dibanjiri dragon fruit dari Thailand. Ukurannya sebesar mangga gedong gincu, dan warnanya merah menyala. Kulitnya seperti sisik ular yang besar. Tetapi bukan karena itu ia disebut dragon fruit.

Orang Cina kuno menganggap buah itu membawa berkah. Karena itu, ia selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang menganut budaya Cina, lalu terkenal sebagai thang loy (buah naga). Thang loy-nya orang Vietnam ini kemudian diinggriskan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit.

Dulu untuk bagus-bagusan

Ternyata buah itu cuma buah kaktus. Ah, kalau kaktus sih, memang sudah lama terkenal ada jenis yang dapat dimakan buahnya. Tetapi dragon fruit ini bukan buah kaktus biasa yang kita kenal sebagai prickly pear, Opuntia ficus-indica itu. Tanaman penghasilnya ialah kaktus pemanjat Hylocereus undatus.

Ia disebut pemanjat, karena batangnya memang memanjat batang tanaman lain ketika ia ditemukan pertama kali di tempat tumbuhnya yang asli di lingkungan hutan belantara yang teduh. Kalau ia dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai epifit, menyerap air dan mineral melalui akar udara pada batangnya di daerah atasan.

Kaktus yang nyeleneh ini hidup asli di Meksiko (di sana disebut pitahaya), Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara. Di sini ia dipanggil pitaya roja (pitaya merah). Sebagai hasil hutan, pitahaya dan pitaya sudah lama dimanfaatkan buahnya oleh orang Indian, tetapi selama itu tidak pernah diberitakan dalam media massa dunia.

Pada tahun 1870, tanaman itu dibawa orang Prancis dari Guyana, Amerika Selatan bagian utara, ke Vietnam, sebagai tanaman hias untuk bagus-bagusan. Pitahaya memang menarik. Batangnya saja sudah aneh, berbentuk segitiga. Mana ada tanaman yang berbatang segitiga? (Yang segi empat dan bulat banyak!)

Keanehan kedua ialah, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap "kaktus tak berduri". Tetapi yang paling aneh ialah bunganya. Mekarnya mulai senja, kalau kuncup bunga sudah sepanjang 30 cm. Itulah saatnya kita mengundang para tetangga dan handai taulan pencinta bunga untuk menyaksikan mekarnya pitahaya. Boleh dikata dengan cepat, mahkota bunga bagian luar yang krem itu mekar pada pukul sembilan (kira-kira), lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih, meliputi sejumlah benangsari yang kuning.

Bunga seperti corong itu akhirnya terbuka penuh pada tengah malam. Itulah sebabnya ia tersiar luas ke seluruh dunia sebagai night blooming cereus. Sambil mekar penuh ini, ia menyebar bau yang harum.

Ternyata bau ini disebar ke seluruh penjuru angin malam, untuk menarik para kelelawar, agar sudi kiranya datang bertandang untuk menyerbuki bunga itu. Dalam gelap gulitanya hutan belantara malam, mata kelelawar memang kurang awas, tetapi hidungnya "tajam".

Ternyata enak

Orang Vietnam kemudian tahu, ternyata tanaman itu dapat dimakan buahnya seperti di Meksiko, lalu mengebunkannya khusus untuk dipanen buahnya. Di sepanjang pantai timur, mulai dari Ho Chi Minh City di selatan, sampai ke Nha Trang di utara, kini muncul kebun kaktus itu, sampai ratusan hektar luasnya. Walaupun usahanya komersial, namun cara bertanamnya masih secara tradisional seperti cara orang Indian Amerika Selatan (bagian utara).

Kaktus ditanam di antara pohon-pohon lain yang bertindak sebagai tempat panjatan yang murah. Secara berkala, pohon panjatan ini dipangkas daunnya agar bisa leluasa meneruskan matahari ke batang kaktus. Para pekebun yakin bahwa dengan tindakan itu, produksi buah naga bisa meningkat.

Kalau sudah musim buah, antara Juli dan Oktober, buah thang loy memang melimpah sampai dihidangkan sebagai pencuci mulut di pesawat Vietnam Airlines ke Eropa. Di Vietnam sendiri, buah dijajakan di kios buah-buahan wet market (pasar becek).

Secara sederhana, buah naga dimakan segar, setelah masak dan empuk. Buah dibelah jadi dua, lalu daging buahnya yang putih bertaburan biji hitam kecil-kecil disendoki. Biji ini dapat dimakan tanpa menggangu kesehatan, seperti biji selasih. Baru kita tahu betapa menyegarkan daging buah itu, yang dipromosikan sebagai "lebih manis daripada semangka", tapi agak asam-asam sedikit.

Cara makan seperti ini kita tiru (alih teknologikan) dari orang Indian Amerika Selatan. Kulit buah belahan kita pegang sebagai semacam mangkok.

Mereka yang enggan makan seperti orang Indian, mengolah buah menjadi pai saja. Ada pula yang menyantapnya sebagai dessert dalam bentuk es krim restoran modern.

Mitos khasiat penyembuhan

Dalam berbagai pameran buah-buahan tahun 1999 yang lalu, buah naga dipromosikan sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kolesterol tinggi, dan pencegah kanker usus. Promosi yang berlebihan seperti ini harus dibaca dengan kacamata yang skeptis. Sebab, bukti khasiat yang dikemukakan bukan bukti hasil penelitian, tetapi hanya daftar kandungan nutrisi yang disusun para "promotor" sendiri. Kita diajak menarik kesimpulan berdasarkan angka-angka kandungan nutrisi itu. Tentu saja ada yang tidak mau.

Jenis kaktus penghasil nopalitos yang sudah jelas berkhasiat ialah Opuntia ficus-indica karena sudah jelas diteliti dengan sahih.

"Makan nopalitos dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes yang tidak tergantung pada insulin," tulis Yosef Mizrahi dan Avinoam Nerd dari Ben Gurion University, Israel, dalam "Cacti as crops" di Horticultural Review 18 (1997): 291-320. "Selain itu, nopalitos juga menurunkan kadar lemak dan kolesterol darah."

Nopalitos ialah pucuk tunas cabang kaktus prickly pear, Opuntia ficus-indica yang masih pipih seperti daun, sampai disebut salah kaprah "daun kaktus". Setelah dibuang duri dan tunas daunnya yang muda, sayur itu bisa dimasak macam-macam, termasuk sebagai salad dan sop daging.

Walaupun nilai gizinya sama dengan jenis-jenis sayuran lain seperti spinach dan daun selada (90% air, 3-7% karbohidrat, dan 1,3% mineral, terutama kalsium), namun ia merupakan sumber vitamin beta karoten (18-30 mg tiap 100 g bobot sayuran) dan vitamin C (10-18 mg tiap 100 g bobot sayur). Inilah yang menjaga kesehatan orang Indian Amerika Selatan dan Meksiko.

Tetapi baru tahun 1979, dunia kedokteran tahu, bahwa nopalitos itu berkhasiat menurunkan kadar gula, sejak Ibanez-Camacho dari Meksiko menelitinya. Kemudian juga ternyata

menurunkan kadar lemak dan kolesterol, setelah Fernandez dan kawan-kawannya meneliti buah prickly pear itu tahun 1992.

Dragon fruit belum ada yang meneliti khasiatnya secara sahih seperti itu, sehingga belum dapat dianggap sama khasiatnya dengan nopalitos kaktus Opuntia fiscus-indica itu. Khasiat Dragon fruit masih mitos.

Makin mendunia

Buah kaktus Opuntia itu juga sudah lama diperkebunkan di Amerika Serikat, Israel, Afrika Selatan, dan negara-negara Amerika Selatan. Di Meksiko, buah dijual sebagai tuna dan di Amerika Utara sebagai cactus pear atau prickly pear.

Baru pada tahun 1980, buah kaktus epifit semacam dragon fruit mulai ikut menyerbu pasar dunia. Gara-gara seorang pengusaha Jepang merasakan sendiri betapa enaknya buah itu, ia minta dipasok beberapa ton buah pitaya amarilla, Selenicereus megalanthus untuk diekspor ke Jepang. Di sana buah itu ternyata sangat disukai, sampai orang Kolombia yang diminta memasok beberapa ton buah itu mengebunkan tanamannya secara komersial.

Buah ini mirip dragon fruit yang kita kenal sekarang, tetapi warnanya kuning. Ketika masih setengah matang, buah pitaya kuning mencolok sekali duri-durinya yang bisa sampai 2 cm panjangnya. Tetapi sesudah masak, duri itu luruh. Ketika dipanen sebelum buah masak benar, duri yang masih agak menempel tapi sudah loyo itu disikat sampai bersih dulu, baru buah dipak untuk dijual. Bercak bekas tempat duri masih tampak menonjol seperti bisul.

Di Kolombia, kaktus ini diperkebunkan dengan diberi trelli sebagai tempat memanjat. Cara penanaman dengan trelli ini kemudian dialih teknologikan (ditiru) di Israel, dan pada akhir tahun 1994 dialih teknologikan pula ke beberapa pengusaha pekebun buah di Thailand, tetapi yang ditanam bibit dragon fruit yang merah buahnya. Kita di Indonesia baru mengalih teknologikan cara makannya saja.
thx sob infonya, sangat bermanfaat nich.. TOP dah
wah keren tipsnya sob :D
<<  < (Page 5 of 5)

Navigation

Back Sub-Forum