(View Original Web?)

KONGKO-KONGKO > MISTERI

Misteri Asal Usul Emas Di Monas Di Mata Sejarawan


(Page 1 of 1)





Misteri Asal Usul Emas di Monas di Mata Sejarawan
 





Jakarta - Setelah 22 tahun Monas kembali dimandikan. Tapi dalam 'ritual' memandikan Monas ini emas di puncak sama sekali tak disentuh. Emas di Monas telah dimandikan secara alami oleh air hujan.

Omong-omong emas di puncak Monas, banyak cerita yang berkembang soal keberadaannya. Informasi yang beredar emas seberat 32 Kg itu sumbangan dari pengusaha Aceh. Namun di masa orde baru, pengusaha itu mendapat perlakuan tak layak.

Namun tak ada yang bisa memastikan soal ini. Sejarawan Asvi Warman Adam yang ditanya soal emas ini hanya bertutur, memang ada bantuan emas dari beberapa daerah di Indonesia saat pembangunan Monas. Namun siapa orangnya yang membantu, sejarawan LIPI ini tak tahu persis.

"Kalau soal bantuan emas itu kan memang ada. Tapi kan dibelikan untuk pesawat terbang," kata Asvi Marwan saat ditemui di Universitas Paramadina, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (7/5/2014).

Asvi tak merinci berapa jumlah pesawat yang dibeli Indonesia dari sumbangan emas itu. Namun, selain untuk emas di Monas, sumbangan emas juga digunakan untuk membeli pesawat.

"Ya (emas) yang untuk di Monas itu, itu memang untuk pesawat terbangnya ada itu. Sumbangannya ada juga dari Sumatera Barat, ada sumbangan itu. Setahu saya emas yang disumbangkan itu untuk pesawat terbang," paparnya lagi.

Sementara itu Kepala Unit Pengelola Tugu Monas Rini Hariyani sebelumnya mengungkapkan, bagian emas di puncak monumen setinggi 132 meter itu selama ini tak bisa disentuh oleh sembarangan orang. Tak ada yang sengaja membersihkannya karena diyakini sudah 'dimandikan' secara alami oleh hujan Sedikit kilas balik tentang emas tersebut. Menurut Rini, bobot emas di puncak Monas awalnya 32 kilogram. Namun sekarang bertambah jadi 50 kilogram.

Penambahan itu ada ceritanya. Demi merayakan ulang tahun emas Repulik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas agar genap 50 kilogram.

Ditanya tentang asal muasal emas tersebut, Rini mengaku tak tahu sejarah pastinya. Konon, sebagian besar dari emas itu disumbangkan oleh salah satu putra daerah asal Aceh. Namun sang pengusaha mengalami perlakuan kurang baik ketika era Orde Baru.

"Pemberian saudagar dari Aceh. Tapi saya nggak tahu, enggak ada cerita sejarahnya dan nggak diberitakan kan dari mana asalnya dulu,” bebernya.

Lidah api atau obor di Monas mempunyai ukuran yang cukup besar, mencapai 14 meter dengan diameter 6 meter serta 77 bagian yang disatukan. Puncak yang berupa 'api yang tak kunjung padam' itu menyimbolkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Emas tersebut melapisi perunggu seberat 14,5 ton yang berada di bagian dalam lidah api.

Jakarta, baranews.co - Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Monas ini memang sudah tidak asing lagi bagi warga negara Indonesia, khususnya warga Jakarta.

Monas yang terletak tepat di jantung ibu kota negara dan pemerintahan Republik Indonesia ini terlihat sangat gagah menjulang tinggi, seolah mengalahkan kemegahan berbagai bangunan di sekelilingnya.

Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada masa pemerintahan Soerkarno.

Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959 dan diresmikan dua tahun kemudian pada 17 Agustus tahun 1961 oleh presiden Soekarno. Kemudian Monas mulai dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.

Keseluruhan bangunan Monas ini dirancang oleh tiga orang arsitek yang ditunjuk oleh Soekarno, yakni Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.

Monas yang didirikan untuk memperingati semangat perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini disimbolkan dengan lidah api yang tak pernah padam di pucuk Monas.

Lambang lidah api tersebut dibuat dengan berbahan dasar emas. Namun tahukah anda asal usul emas yang terdapat di pucuk Monas? Pemberian siapakan emas tersebut?

Emas di pucuk Monas memiliki total berat 38 kilogram, namun 28 kilogramnya konon adalah pemberian seorang saudagar kaya raya asal Aceh bernama Teuku Markam.

Emas itu sendiri diambil dari tambang emas yang berada di Lebong, Provinsi Bengkulu. Emas itu diberikan oleh Teuku Markam karena kala itu dirinya memang memiliki kedekatan dengan presiden Soekarno.

Siapa Teuku Markam ?





Pada masa pemerintahan Soekarno, Teuku Markam dikatakan memiliki andil besar dalam memajukan perekonomian bangsa Indonesia.

Di antaranya, dia tercatat sebagai salah seorang yang ikut membebaskan Senayan untuk dijadikan sebagai pusat olah raga terbesar di Indonesia.

Tidak hanya itu saja, andil Teuku Markam juga terlihat pada pembangunan infrastruktut di Aceh dan Jawa Barat dan juga jalan Medan-Banda Aceh.

Atas peran terselubungnya itulah Teuku Markam sempat dijuluki sebagai kabinet bayangan pada masa pemerintahan Soekarno.

Namun kemudian nama Teuku Markam sendiri seolah menghilang begitu saja, bahkan generasi sekarang banyak yang tidak mengetahui sosok Teuku Markam ini.

Akan tetapi bila ditilik kembali mengenai sejarah Teuku Markam, seoran sejarawan dari Universitas Indonesia, Anhar Gonggong mengaku tidak mengetahui dengan pasti mengenai kebenaran Teuku Markam sebagai seorang saudagar kaya yang menyumbang emas buat Monas.

Namun mengenai sejarah antara Markam dan Soekarno yang memiliki kedekatan itu diakui Anhar memang benar. Selain itu mengenai sosok Markam yang sebagai saudagar kaya raya asal Aceh dibenarkan olehnya.

Setelah Soekarno lengser dan berganti dengan era Soeharto, Teuku Markam merupakan salah satu saudagar kaya yang namanya tenggelam.

Ada pula kabar yang mengatakan Teuku Markam diasingkan dan dipenjara serta dituduh sebagai antek PKI.

Memang mengenai kebenaran berita ini masih belum ada bukti yang cukup kuat, namun atas segala jasa Markam yang pernah diberikan kepada bangsa Indonesia, sudah semestinya Teuku Markam pantas disebut sebagai salah satu pahlawan Indonesia.

Siapa sih Teuku Markam itu ?





Teuku Markam adalah seorang pengusaha kaya Aceh pada zaman pemerintahan Presiden RI Soekarno. Teuku Markam keturunan uleebalang yang lahir tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dan ayahnya bernama Teuku Marhaban. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Teuku Markam hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat). Teuku Markam terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat, jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan yang didanai oleh Bank Dunia. Teuku Markam menyumbangkan 28 kg emas dari 38 kg emas untuk Monumen Nasional.

Karier Ketentaraan :

Teuku Markam ketika muda memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin.

Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Teuku Markam kemudian diutus ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Ia mengutus Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno, yang kemudian memulai perjalanannya di dunia bisnis.

Bisnis :

Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menangani masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), ia kembali ke Aceh dan mendirikan PT. Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda). Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu.

Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi.

Teuku Markam menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden. Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang dilakukan oleh Soekarno.

Dari bisnis inilah Teuku Markam bisa menyumbang 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Asia Afrika juga terbilang tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana.

Paska Gerakan 30 September :

Ketika Soeharto menjadi Presiden RI, Teuku Markam difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Pada tahun 1966 Teuku Markam dipenjara tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jl. Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.

Teuku Markam baru bebas tahun 1974. Soeharto, Ketua Presidium Kabinet Ampera I, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain, yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami atas nama pemerintahan RI. Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT. PP Berdikari.

Keluar dari penjara :

Setelah keluar dari penjara pada tahun 1974 Teuku Markam mendirikan PT Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak ada proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi penyakit di Jakarta

Code:
SUMBER 1
http://news.detik.com/read/2014/05/08/070846/2576643/10/2/misteri-asal-usul-emas-di-monas-di-mata-sejarawan
Code:
SUMBER 2
http://baranews.co/web/read/4682/asalusul.emas.monas..misteri.teuku.markam#.U2rTQYF_tbs
Code:
SUMBER 3
http://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Markam

Sekian Informasi Tentang
Misteri Asal Usul Emas di Monas di Mata Sejarawan
Semoga Menambah Wawasan Kaskuser

Dan Tak Lupa Memberikan Komentar Terbaik +
Terima Kasih

Thread Supported By :






Original Source
(Page 1 of 1)

Navigation

Back Sub-Forum