must_know:
no repost!
Menjadi manusia yang menyandang usia 25 tahun memang bukan perkara mudah. Beberapa orang menganggap 25 tahun sebagai usia dewasa yang membuat seseorang sudah harus mampu bertanggung jawab pada hidupnya. Namun bagi yang sudah menjalani usia ini, tak jarang merasa biasa saja. Kadang terasa berat, malah.
Di luar sana, usia 25 dianggap sakral. Dipandang sebagai usia tepat bagi perkembangan kedewasaan. Padahal tak sesederhana itu. Ada hal-hal tentang menjadi dan menjalani 25 tahun yang tak semua orang mau beritahukan kepada kita.
pertama1. Agan Sempat Membayangkan Di Usia 25 Sudah Bisa Punya Rumah, Mobil, dan Merdeka Secara Finansial. Kenyataannya Agan Justru Merasa Belum Jadi Apa-Apa Sebagai Manusia
Di usia belasan kita kerap berandai-andai:
Nanti umur 25 ane pasti udah nikah.”
“Umur 25 ane udah kerja, punya pasangan pasti, mapan, bisa membangun kehidupan sesuai gambaran. “
Tapi cobalah agan tanya pada orang yang sudah menjalani usia yang sering dibilang orang “sakral” ini. Sudahkah mereka merasa cukup dengan hidupnya? Sudahkah segala pencapaian yang diidamkan itu tergenggam tangan? Bukannya membusungkan dada, kebanyakan orang justru merasa usia 25 belum menjadikan mereka sebagai sosok yang pantas berbangga.
Saat sudah menjalani usia 25, sebuah kesadaran akan menghampiri kita. Hidup ternyata tidak semulus bayangan masa muda dulu. Agan masih harus berjuang di tempat kerja, terseok-seok menyelesaikan studi, berusaha jadi anak yang bisa membahagiakan kedua orang tua. Usia yang sudah seperempat abad tidak berarti apa-apa. Agan masih tetap harus berupaya sekuat tenaga demi menjadi versi baik dari seorang manusia.
kedua2. Tidak Banyak Orang Bicara Tentang Kegamangan Hidup Mereka: Sulitnya Cari Kerja, Bingung Mau Membawa Hidup Ke Arah Mana
Ibarat sebuah persimpangan besar, usia 25 adalah tikungan yang paling krusial. Bagaimana tidak, di usia ini keputusan-keputusan penting harus diambil. Mau kerja di bidang apa, mau berkarir dalam dunia seperti apa, sampai kapan harus memikirkan untuk berkeluarga. Agan pikir semua ini bisa dilalui dengan mulus tanpa galau? Berdoalah banyak-banyak jika ingin transisi berjalan mulus.
Nyatanya, banyak yang sempat terkena krisis hidup di usia ini. Pongah mendaftar hanya di pekerjaan yang disuka, tapi ternyata tidak diterima. Kemudian sibuk melamar di mana saja, kemudian terjebak dalam pekerjaan yang bertentangan dengan gambaran masa depan. Galau, bingung, sampai merasa takut tidak punya masa depan amat sering datang melanda
ketiga3. Agan Pikir Pendidikan Tinggi Menyelamatkan Karir? Tidak. Semua Pencapaian Kembali Pada Usaha Kita
Saat kuliah agan bisa jadi pribadi yang sangat jumawa. Merasa paling pintar sedunia, merasa bisa berkompetisi dengan pesaing lain yang kelak agan temui di dunia kerja. Rasanya ilmu yang didapatkan saat bangku kuliah bisa jadi jaminan bagi kesuksesan masa depan nantinya. Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu
Gelar pendidikan tinggi yang didapatkan dengan susah payah memang bisa mengantarkan kita ke pintu gerbang kesuksesan. Tapi pencapaian selanjutnya bergantung pada seberapa tinggi kita mau menyingsingkan lengan demi bekerja keras.
Di usia ini kita akan disadarkan bahwa kepintaran dan nilai bagus bukanlah segalanya. Kegigihan dan kemauan untuk terus berjuang adalah kunci utama yang bisa menentukan kesuksesan nantinya.
keempat4. Bersiaplah Ternganga Melihat Teman yang Dulu Biasa Saja Justru Melesat Lebih Sukses Dari Kita
Hidup memang selalu punya kejutan. Salah satu surprise yang terjadi di umur seperempat abad adalah kenyataan bahwa kawan yang dulu dipandang sebelah mata justru bisa meraih kesuksesan yang lebih tinggi dari pencapaian agan. Dia yang dulu cupu, sekarang bekerja di sebuah digital agency ternama — dengan posisi yang lumayan pula. Sementara kawan yang dulu sangat populer di sekolah malah jadi karyawan biasa
Tidak banyak orang mau bercerita bagaimana mereka dikejutkan oleh kenyataan hidup yang tidak disangka. Di umur 25-an, kenyataan-kenyataan hidup yang disodorkan di depan mata mau tak mau membuat kita harus percaya, pada hakikatnya semua manusia punya kesempatan untuk berhasil, selama mereka mau berusaha.
Bully, olokan, dan ejekan memang bukan hal yang penting dilakukan. Yang ada kita justru bisa malu sendiri saat nanti teman yang dibully itu lebih berhasil dalam kehidupan.
kelima5. Dulu Mereka Bilang, “Kejar passion-mu. Maka kamu tidak akan merasa bekerja seumur hidup.” Kenyataannya, Tidak Semudah Itu….
Di usia 20-an, passion adalah hal yang kita yakini amat perlu ditemukan. Mati-matian, kita berusaha mendapatkannya. Demi mengetahui the so called passion itu kita rela menggali hobi, ikut beragam UKM, sampai bergaul dengan teman dari berbagai komunitas. Passion juga masih kita pegang teguh sampai tiba waktunya mencari kerja. Gak mau deh kerja kalau tidak sesuai hati nurani.
Tapi, benarkah kita tidak akan merasa bekerja jika menggeluti hal yang dicintai?
Kenyataannya (ternyata) tidak sesederhana itu. Pekerjaan tetap akan terasa sebagai sebuah pekerjaan. Orang-orang yang hobi musik dan memutuskan jadi seorang pemain band tetap merasa bosan saat harus tur keliling Indonesia berbulan-bulan. Orang-orang yang passion dan pekerjaannya berada di dunia fotografi juga tetap ingin cuti dan merasa jenuh.
Passion membuat seseorang bangun pagi dengan bahagia. Passion memang membuat kita punya alasan pergi bekerja dengan ikhlas. Namun selamanya sebuah pekerjaan tetaplah terasa seperti pekerjaan.
keenam6. Tak Perlu Merasa Mengkhianati Diri Karena Merelakan Idealisme Demi Uang. Agan Hanya Sedang Berjuang Demi Tetap Hidup
Idealisme memang sebuah kemewahan yang seharusnya dimiliki oleh generasi muda. Semasa kuliah dulu, bisa jadi agan adalah seorang penganut paham sosialisme sejati. Agan lantang mengutuk korporasi, menyalahkan mereka atas ketimpangan pendapatan masyarakat dan kerusakan lingkungan. Agan ogah bergabung dengan korporasi pasca lulus. Idealis agan pokoknya tidak bisa diganggu gugat!
Seiring usia yang makin dewasa, agan akan menyadari bahwa idealisme seharusnya membuat seseorang menjadi manusia yang punya pegangan. Bukan menjadikan agan kehilangan kendali atas pemasukan, yang krusial bagi kelangsungan hidup di masa depan. Agan akan dan harus mulai belajar untuk menyelaraskan antara idealisme dan fakta di lapangan.
Agan yang merasa sosialis bisa saja tetap masuk ke korporasi liberal, just for the sake of money. Tidak ada yang salah dengan itu. Tak ada orang yang berhak menyalahkan agan. Agan pun tak perlu repot menjelaskan, toh hanya agan yang tahu bahwa idealisme akan tetap tertinggal di hati ini. Kini, agan hanya sedang berjuang demi bertahan hidup.
ketujuh7. Uang Memang Bukan Segalanya — Tapi Di Beberapa Kesempatan, Uang Bisa Jadi Sumber Masalah
Akhirnya agan sepakat bahwa ada hal-hal lain di luar materi yang tak kalah penting. Pertemanan, ikatan keluarga, sampai hubungan hangat dengan pasangan yang dicinta. Ternyata hidup lebih dari sekadar berapa besar gaji, seberapa mampu kita memenuhi segala kebutuhan materi yang bisa membuat kita dianggap berhasil dan sukses.
Tapi walaupun uang bukan segalanya, di beberapa kesempatan uang bisa jadi sumber masalah. Hubungan agan dengan teman-teman bisa merenggang karena salah satu dari kalian merasa tak sesukses kawan-kawan lain sampai memilih menyingkir. Ikatan dengan orang tua yang selama ini baik-baik saja juga bisa meruncing, saat mereka menganggap pekerjaanmu kurang memberikan jaminan finansial.
Ketika agan mulai berkutat dengan gaji yang terbatas dan kebutuhan hidup yang makin meroket harganya, barulah agan menyadari bahwa mau tak mau uang tetap penting dimiliki. Memang benar, uang bukanlah segalanya. Tapi hidup tanpa memiliki penghasilan yang pasti juga tak bisa membuat kebahagiaan menjadi pasti.
kedelapan8. Agan Akan Kehilangan Teman. Tapi Toh Hidup Terus Berjalan
Terkadang agan kaget saat menyadari betapa lingkaran pertemanan makin menyempit dari hari ke hari. Dulu, agan adalah orang yang tidak pernah kesepian. Kemanapun pergi, selalu ada kawan yang bisa diajak mendampingi. Namun kini, hanya segelintir teman yang tetap bertahan dalam hidup agan. Mereka adalah orang-orang yang tetap terhubung walau dipisahkan kesibukan sehari-hari.
Tidak banyak orang mau berbagi bahwa kehilangan pertemanan adalah sebuah hal yang wajar dalam perjalanan hidup. Tidak semua ikatan pertemanan bisa bertahan selamanya. Hidup agan bukan sebuah lapangan bola yang bisa menampung ratusan orang di saat bersamaan. Terkadang, beberapa orang memang harus pergi agar kawan-kawan sejati bisa masuk ke dalam hidup yang makin sempit ini.
kesembilan9. Jarang yang Mau Mengaku Bahwa Mereka Menikah Karena Sudah Malas Mencari. Bukan Karena Merasa Sudah Saatnya Berhenti
Di usia 25 hidup ini mulai kelihatan arahnya. Akan berkecimpung di bidang pekerjaan apa, bergiat dalam kegiatan macam apa, hingga mengerucut ke tipe pasangan yang cocok mendampingi dalam hari-hari. Pada usia ini, kita sejujurnya sudah enggan mencari. Lebih baik menjalani dan mempertahankan sesuatu yang sudah pasti.
Jika sudah menemukan seseorang yang dirasa tepat mendampingi — dia yang bisa selalu ada dan diandalkan dalam naik dan turunnya hidup ini — kita sudah enggan mencari lagi. Lebih baik berhenti sekarang, dibandingkan dia yang baik ini lepas dari genggaman.
kesepuluh10. Bagimu yang Baru Menyelesaikan Satu Episode Sakit Hati, Butuh Waktu Lama Untuk Memulai Lagi
Semasa remaja agan bisa move on dalam sekejap mata. Putus hari ini, bulan depan sudah siap punya pacar baru lagi. Tapi semakin dewasa, membuka hati sudah tidak lagi terasa sama mudahnya. Di umur seperempat abad nanti, hati agan seakan dilapisi oleh beberapa pintu pengaman yang terkunci rapat. Tidak mudah membukanya kembali selepas tersakiti.
Patah hati di usia ini bukan lagi perkara tidak punya teman nonton atau tidak punya teman SMS-an mesra. Kehilangan pasangan rasanya tidak jauh beda dari kehilangan sahabat seperjuangan, membuat limbung dan kehilangan pegangan. Butuh waktu sampai kamu bisa memulai lagi. Hatimu perlu jeda cukup lama sampai ia siap diisi kembali.
kesebelas11. Pertimbangan Mencari Pasangan Pun Berganti. Bukan Lagi Soal Cantik Atau Tampan. Tapi Lebih Ke Perhitungan Rasional
Mencari pasangan di usia 25 tidak sesederhana tertarik secara fisik, nyambung diajak ngobrol, oke jadian! Di usia ini kita bisa jadi manusia ribet yang mempertimbangkan banyak aspek, bahkan sebelum sebuah hubungan dimulai.
Apa pekerjaannya? Bisakah diajak membangun hidup bersama?
Bagaimana keluarganya, mampukah membaur dengan keluargaku?
Dia bisa mengurus anak kecil atau tidak? Atau malah sangat egois?
Perlukah aku menyesuaikan diri terlalu banyak dengan lingkaran perkawanannya?
Agan akan mempertanyakan pada diri sendiri, “Matre-kah aku? Berlebihankah pertimbanganku?” — namun kemudian sepakat bahwa semua itu agan lakukan demi kebaikan agan.
keduabelas12. Bagi Beberapa Orang Umur 25 Berarti Siap Menikah. Bagi Sebagian Lainnya Umur Ini Hanya Pondasi Awal Untuk Lebih Siap Melangkah
25 dan pernikahan memang dekat. Di umur ini agan akan mendapat banyak undangan dari teman-teman sejawat yang bergegas meresmikan hubungan. Agan pun bisa jadi salah satu di antaranya.
Tapi ada juga yang merasa 25 bukanlah umur sakral bagi sebuah komitmen serius. Mereka yang masih mengejar karir, ingin fokus melanjutkan sekolah, sampai mereka yang masih enggan membuka hati bagi cinta yang baru.
Umur ini tidaklah sesakral bayangan setiap orang beberapa tahun lalu jika dihubungkan dengan urusan cinta dan komitmen. Tidak ada yang perlu digadang-gadang secara berlebihan. Jalani saja sebaik yang agan bisa, maka agan akan tahu hasil akhir yang memang sudah tertakdirkan untuk agan.
ketigabelas13. Merdeka Secara Finansial Bukan Berarti Bebas Menentukan Arah Hidup Sendiri
Oke, agan memang sudah lebih mandiri secara finansial sekarang. Baik karena sudah disokong pasangan, sudah bekerja, atau hidup dari uang beasiswa. Saat remaja, agan sempat merasa bahwa kebebasan akan didapat saat sudah tidak menggantungkan kehidupan pada orang lain. Apakah sesederhana itu?
Walau sudah lebih mandiri, bukan berarti agan bebas dari tekanan orang-orang di sekeliling. Pertanyaan macam ini akan tetap menghampiri :
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Gak mau jadi PNS aja? Gak bosan kerja swasta?”
“Kok bajunya gitu? Gak terlalu terbuka tuh?”
Kebebasan itu tidak serta merta datang. Tuntutan dan kukungan justru makin sering datang dari orang-orang yang hanya mengetahui agan selewat kenal. Mengesalkan? Jelas. Tapi tak perlu dimasukkan ke hati, cukup hadapi saja dengan anggukan sopan dan sesungging senyuman ramah.
keempatbelas14. Orang Tua Bisa Menjelma Jadi Musuh yang Paling Dibenci. Tapi Pada Mereka Agan Tetap Ingin Membalas Budi
Umur ini memang unik. Di satu sisi, agan sudah merasa jadi manusia dewasa yang punya tanggung jawab pada orang tua. Agan merasa bertanggung jawab membawakan mereka makan malam yang dibeli dengan uang gaji sendiri. Agan pun sudah mulai tak enak hati jika terus merepotkan orangtua yang sudah membesarkan selama ini.
Namun pada sisi lain mata uang agan kerap berseberangan dengan mereka. Kedua orang tua meminta agan jadi PNS, sementara agan sedang asyik menggeluti pekerjaan di advertising agency. Orangtua menginginkan anaknya segera menikah, padahal agan merasa baik-baik saja sendiri. Perbedaan yang kontras ini membuat agan sadar bahwa agan dan orang tua memang dua entitas yang punya impian berbeda.
Kuncinya adalah bagaimana agan bisa menyelaraskan pengejaran mimpi dengan restu dari kedua orang tua. Demi mendapatkan keselarasan ini diperlukan kesabaran, kerja keras, dan kemauan mendengar yang tidak remeh
kelimabelas15. Sedikit yang Mau Mengaku: Di Usia 25 Tanpa Sadar Agan Belajar Menyembunyikan Luka agan
Dahulu, kesedihan dan kepahitan hidup selalu bisa dibagi. Bisa cerita ke teman, disuarakan lewat media sosial, sampai dengan ringan disampaikan lewat curahan hati ke orang-orang terdekat. Rasanya dunia perlu tahu semua yang dirasakan. Berbagi dengan orang lain, bahkan pada yang tak dikenal, dianggap bisa meringankan beban.
Kebiasaan macam ini tidak bertahan lama. Seiring waktu, agan sadar bahwa agan berubah. Semua masalah kini lebih baik disimpan sendiri. Bercerita pada mereka yang paling dekat pun hanya 1-2 orang saja. Tidak semua sisi dari diri ini bisa dibagi pada dunia. Di usia ini, agan belajar menyembunyikan luka. Belajar terlihat kuat dan baik-baik saja, padahal di dalam hati ada lubang menganga
keenambelas16. Belajar Menerima Kesalahan dan Memaafkan Diri Sendiri Jadi Perjuangan Terberat Di Usia Ini
Agan pernah memilih menitipkan hati pada orang yang salah. Agan pernah mengambil keputusan yang meninggalkan luka menganga di hati orang-orang terdekat. Sadar pernah keliru, agan pun menyadari harus segera berubah jadi orang baru yang jauh lebih baik dari versi sebelum agan.
Proses berubah ternyata tidak sesulit menerima kesalahan agan yang telah lalu. Dalam usia ini, perjuangan terberat ternyata datang dari usaha memaafkan diri sendiri. Akan ada titik di mana agan merasa benci pada diri sendiri, mengutuk kebodohan yang sudah agan lakukan selama ini, terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
Butuh proses panjang hingga titik ikhlas dan menerima bisa teraih dalam genggaman. Butuh keberanian dan kebesaran hati demi memaafkan kebrengsekan yang sudah lewat. Namun ketika ini berhasil dilakukan, penghargaan dan rasa cinta pada diri sendiri akan makin dirasakan.
ketujuhbelas17. Saat Tidak Semua Rencana Bisa Berjalan dan Tak Semua Pencapaian Bisa Teraih Tangan — Menjalani Apa yang Ada Jadi Satu-Satunya Pilihan
Rencana dan peta hidup yang sudah dibuat dengan rapi saat masa remaja belum tentu sepenuhnya bisa diwujudkan. Impian yang digadang-gadang mampu teraih pun belum tentu bisa tergenggam tangan. Agan bisa jadi manusia keras kepala yang terus berkutat di kegagalan sembari menyalahkan keadaan, atau dengan tegas memilih tak hirau pada masa lalu untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Ternyata 25 bukanlah umur ajaib yang jadi penanda tercapainya segala keinginan. Agan masih tetap harus berjuang. Agan masih tetap perlu berdoa kuat-kuat supaya impian terasa makin dekat. Menjadi 25 adalah proses tumbuh sebagai manusia dewasa. Seseorang yang dengan besar hati bisa terus melanjutkan perjuangan — walau tidak semua hal yang diinginkan bisa didapat dengan mudah.
Sebab kadang, terus berjalan jauh lebih baik daripada menyerah pada keadaaan.
Selamat berproses menjadi 25 bagi agan-agan yang sedang menuju ke sana.
Selamat menjalani 25 tahun sebaik mungkin untuk agan-agan yang sedang berada di usia ini.
Menjadi 25 ternyata tidak sesederhana yang dikira kan?
SumurCode:
Sumber
http://www.hipwee..com/motivasi/realita-hidup-yang-tak-pernah-dibicarakan-orang-tentang-menjadi-25-tahun/
Jangan ada silent reader diantara kita, monggo dikomen dulu sob sebelum kaboor
Bantu-bantu juga ya sob, biar makin banyak yang bisa menikmati 25 tahunnya sebaik mungkin
Syukur-syukur ada yang nimpukin ane pake cendol
---------------
baca pengalaman agan-agan yang share ceritanya di post #9 --> Code:
disini
http://www.kaskus.co.id/show_post/547c56c7de2cf287698b4570/9/-
Original Source