(View Original Web?)

KONGKO-KONGKO > BERITA TERKINI

Balas Radikalisme Mereka Dengan Radikalisme Yang Lain


(Page 1 of 1)




Brian:
Kita tidak membela diri ketika diserang itu hanya menunjukkan satu dari dua kemungkinan:
1. Kita sudah sangat kuat sehingga serangan pun tidak ada pengaruh apa-apa

ATAU

2. Kita memang lemah, takut dan tak berdaya sehingga tidak mampu melawan.


Nah yang terjadi thd minoritas di Indonesia apakah kemungkinan nomor 1 atau nomor 2 ya? Rasanya sih dengan kemungkinan sangat besar justru adalah nomor 2.

Jadi mohon dengan teramat sangat untuk kelompok minoritas untuk jangan langsung terlena (baca: menghibur diri) dengan ungkapan "jangan melawan, kita mengalah untuk menang" kalau memang masih lemah kekuatannya.

Kita baru bisa memilih untuk tidak melawan kalau memang punya kekuatan & pengaruh untuk back-up pilihan kita.

Harriz Hartono:
Cuma bisa bilang Gusti ora sare

Brian:
Kalau gusti ora sare diartikan sebagai "kita harus berupaya semaksimal mungkin dan kemudian berserah terkait hasilnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa" maka sy setuju.

Selain itu, maaf-maaf aja hanyalah penghiburan kosong belaka.

WeleWeleAntiJoker:
good insight

Brian:
Terimakasih banyak om

Laurent si Kucing Barbar:
Sedihnya sih memang begitu, tapi kenapa saya nulis seperti di atas?

Udah give up sama hukum di negeri ini, yang memang tajam ke kita tapi tumpul ke mereka.

Sebenarnya ada sih kekuatan dan bargaining power kita, yaitu prestasi di bidang sains dan math. OSN di Indonesia, yang menang rata-rata mino wkwkwk

Brian:
Bahwa realitanya banyak yang kalah tp merasa mengalah, itu iya benar terjadi.

Dan akhirnya diikuti minoritas yg lain menjadi perilaku dhimmitude yang merendahkan martabat sendiri.

Minimal dengan apa yang ada sekarang, minoritas harus berani fight mempertahankan apa yang sudah diperoleh dan yang dijamin oleh konstitusi.

Jangan biarkan kelompok ekstrimis petantang petenteng seperti binatang liar tanpa konsekuensi apapun. Makhluk2 ekstrimis yg lebih rendah dari binatang ini memang sengaja mengincar kelompok2 yang lemah dan tidak melawan.

Jangan dikit2 mengalah, dikit2 dihimbau mengalah untuk "kebaikan bersama"

Kelompok minoritas harus mau berbenah supaya tidak menjadi target empuk kelompok ekstrimis secara terus menerus.

Laurent si Kucing Barbar:
Awalnya mau berjuang dan antusias, tapi ya dari presiden ke presiden gitu terus...

Jadi males akhirnya buat perjuangin. Mending kerja, ngumpulin duit banyak, abis itu kabur LN kalau dah waktunya.

Ya singkatnya, yaudah ni Indonesia buat lu aja. Tinggal liat aja jadi maju atau gak kalau lu yang pegang wkwkwk

Brian:
Betul sekali om, dengan om mau memilih seperti itu memang lebih minim resistensi dan stress-nya, hehe

Cuma mungkin harapan saya terhadap diri saya sendiri, om dan temen2 yang lain adalah minimal kita harus mau dan mampu mempertahankan apa yang sudah kita peroleh.

Minimal harus mampu cukup kuat untuk tidak menjadi target bully makhluk2 ekstrimis yang lebih rendah daripada binatang liar.

Laurent si Kucing Barbar:
Jokowi aja yang katanya bakal selesaikan, eh ternyata sami mawon.

Ganjar, mungkin sama aja juga wkwkwk

Harriz Hartono:
Malah akan lebih parah dari jomowi

WeleWeleAntiJoker:
tenang... makin banyak yg radikal barbar anti toleransi = makin banyak juga yg murtad diam2 karena benci sama kelakuan kadrun yg sama sekali tidak memancarkan kasih pada sesama, tidak sesuai dengan ajaran agama mana pun (keradikalan kadrun udah makin mirip pembully bahkan penjajah)

Roy Wijaya:
seperti yang terjadi di Iran ya oom...atau baru-baru ini Pakistan, sampe 6 ulama di televisi nasional sampe nangis2 dan stress sendiri karena banyak pertanyaan kritis yang mereka ga bisa jawab secara logis tapi langsung menggunakan hukum penistaan agama untuk menjawab pertanyaan2 tersebut.

HARIARA:
Intinya, kalau menghadapi yang seperti ini, kita hadapi saja dengan gembira. Kalau akhirnya mereka saling ribut gara-gara kejadian, kita tonton saja sebagai hiburan sirkus yang menyenangkan. Anggap saja mereka sedang bersih-bersih dan memulihkan citra dari teman-teman mereka yang lain, yang berbuat jahat.


Radikalisme mereka (baca, islam/muslim) akan menghancurkan mereka sendiri. Radikalisme mereka berdasar pada narasi mengarang bebas pembenaran atas mazhab yang mereka anut. Mazhab mereka berbeda satu sama lain, dan konflik gampang tersulut karena ajaran mereka tidak bersumber pada TERANG.

Orang-orang KRISTEN sejati sudah paham resiko yang dihadapi, a.l: persekusi, aniaya bahkan kehilangan nyawa HANYA karena mereka mengimani, menyakini, menyembah, dan tunduk pada KUASA TUHAN YESUS KRISTUS dan berjuang untuk memberitakan KABAR BAIK KERAJAAN SORGA kepada semua makhluk.

Radikalisme orang-orang KRISTEN adalah KASIH sesuai dengan 1 Korintus 13. Tidak mudah melakukannya, tapi kita harus secara radikal berusaha.

Dengan KASIH, kita menghadapi radikalisme islam. Itulah jawaban saya kepada seorang teman ketika beliau bertanya kepada saya kurang lebih 20 tahun yang lalu. Teman ini bertanya, "Apakah kita perlu mengedepankan dialog menghadapi radikalisme islam?"

Brian:
Untuk kelompok penganut ideologi radikal dan ekstrimis, menurut saya tidak bisa dihadapi dengan dialog.

Dialog itu mengisyaratkan ada dua pihak yang dianggap setara. Sedangkan kelompok penganut ideologi radikal dan ekstrimis sudah pasti tidak akan mengganggap kelompok lain sebagai setara. Makhluk2 tersebut hanya ingin menundukkan kelompok yang dianggap berbeda.

Harus dengan mental baja dan tangan besi seperti ketika pemerintah RI memberantas apa yang disebut sebagai PKI.

HARIARA:
Setuju, mas sob.
Tidak mungkin bisa berdialog dengan kaum bodoh (tapi tidak sadar mereka bodoh) yang dengan kebodohan agamis berjamaah ...mereka MAIN PAKSA. MAIN PAKSA harus beriman kepada agama milik allah taala. Kalau tidak mau terima agama allah taala, hanya ada tiga pilihan: menjadi dzimmi dengan bayar jizyah yang tinggi, dibunuh (atau terusir dari tanah miliknya), dan HARUS mengucapkan dua kalimat syahadat alias beriman kepada allah taala & muhammad [DUA YANG ESA].

Roy Wijaya:
yang ironisnya, saya ngomong begini di grup sma katolik malah habis saya dimaki-maki, dibilang katolik ekstrimis lah, menista islam lah, what?!?!?!?!

Brian:
Karena grupnya sudah tercemar virus dhimmitude mungkin om

Roy Wijaya:
yah, memang gagal kok pendidikan sekolah katolik saat ini, oom. Semangat pewartaan Injil di gereja katolik dan pendidikan katolik menurun jauh sejak Konsili Vatican 2. Banyak katolik konservatif yang menolak konsili Vatican 2 dan mengambil posisi sedevacantis. Dan memang bukan hanya pendidikan katolik yang salah, pemerintah juga memanjakan agama mayoritas, setiap apologetika kontra islam selalu dibungkam dengan UU penistaan agama kan? Saat ini yang sudah sulit dikontrol UU penistaan karena teknologi informasi internet sudah mencapai semua ujung dunia, hal-hal yang tabu dipertanyakan sudah tersedia ke ruang publik.

Laurent si Kucing Barbar:
Mereka dah hancur secara global, setidaknya citranya dah hancur

*------------NOTE:
Demikian Kumpulan nyinyiran netizen terkait artikel Balas Radikalisme Mereka Dengan Radikalisme Yang Lain Seword Indonesia Maju yang dituangkan dalam bentuk Komentar. Semua komentar diatas bukanlah rekayasa dan memang benar apa adanya hasil cuitan keluh kesah yang kita kutip dari sumber resminya. Kami tidak bertanggung jawab atas isi komentar tersebut! Hanya sekedar memberi informasi yang sedang viral diperbincangkan! jika ingin membaca dan ingin mengetahui sumber resmi berita aslinya, silakan langsung ke sumber resminya. Terimakasih.

Code: (Sumber Resmi)
https://seword.com/umum/balas-radikalisme-mereka-dengan-radikalisme-yang-50Ehus11nb

(Page 1 of 1)

Navigation

Back Sub-Forum