|
Sebuah penelitian oleh para pakar tidur yang dipublikasikan di edisi Januari 1 Journal Sleep menemukan bahwa remaja dengan waktu tidur yang telah ditetapkan lebih awal oleh orang tua secara signifikan lebih kecil kemungkinan menderita depresi dan bunuh diri, mengkonfirmasi analisis korelasional sebelumnya bahwa kualitas tidur yang memadai dapat memiliki efek perlindungan psikologis, teori sebelumnya menduga bahwa durasi tidur yang tidak cukup memainkan peran penting dalam etiologi depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan orangtua yang menetapkan waktu tidur tengah malam atau lebih lambat memberikan 24 persen kemungkinan menderita depresi (odds ratio atau OR=1,24) dan 20 persen lebih mungkin memiliki niat bunuh diri (OR=1,20) dibandingkan remaja dengan orangtua yang menetapkan waktu tidur lebih awal yaitu 10 persen. Remaja yang melaporkan kebiasaan tidur selama lima jam per malam menunjukkan 71 persen lebih mungkin menderita depresi (OR=1,71) dan 48 persen lebih mungkin untuk berpikir bunuh diri (OR=1,48), daripada remaja yang tidur delapan jam setiap malam. Responden yang melaporkan bahwa mereka "biasanya cukup tidur" yang secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menderita depresi (OR=0,35) dan bunuh diri (OR=0,71).
Peneliti utama, James E. Gangwisch, PhD, profesor dan pakar tidur dari Columbia University Medical Center di New York, NY, mengatakan bahwa hasil ini memperkuat argumen bahwa durasi tidur yang singkat dapat memainkan peran dalam etiologi depresi. "Temuan kami konsisten dengan teori bahwa tidur yang tidak memadai merupakan faktor risiko depresi, bekerja dengan risiko dan faktor pelindung melalui jalur kausal berbagai kemungkinan untuk pengembangan gangguan mood ini. Kualitas tidur yang memadai bisa menjadi ukuran preventif terhadap depresi dan terapi untuk depresi," kata Gangwisch.
Data dikumpulkan dari 15.659 remaja dan orang tua mereka yang telah berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health di Amerika Serikat yang berbasis dari sekolah, perwakilan nasional, probabilitas sampel mahasiswa dari kelas tujuh hingga 12 pada tahun 1994 sampai 1996. Sekitar 7 persen (1.050 responden) memiliki depresi dengan menggunakan ’Centers for Epidemiologic Study-Depression Scale’, dan 13 persen (2.038) melaporkan bahwa mereka serius berpikir tentang bunuh diri selama 12 bulan terakhir.
Depresi dan niat bunuh diri kemudian dikaitkan dengan komponen orangtua dalam menetapkan waktu tidur, durasi tidur pendek, persepsi diri tidak cukup tidur, jenis kelamin, bertambahnya umur, dan persepsi diri yang rendah pada kepedualian dari orangtua.
Sebanyak 54 persen dari orang tua melaporkan bahwa remaja mereka harus pergi ke tempat tidur sebelum pukul 23.00 atau sebelumnya setiap minggu, 21 persen melaporkan menetapkan waktu tidur setelah pukul 23.00, dan 25 persen melaporkan menetapkan waktu tidur setelah pukul 24.00. Etnis Kaukasia lebih mungkin mengalami gejala dibandingkan dengan etnis lain pada orangtua yang menetapkan waktu tidur pada pukul 23.00. Hampir 70 persen dari remaja dilaporkan mematuhi waktu tidur yang ditetapkan orang tua.
Rata-rata remaja melaporkan durasi tidur 7 jam 53 menit, yang sangat kontras dengan sembilan atau lebih jam tidur malam yang direkomendasikan AASM untuk remaja. Responden dengan orangtua yang menetapkan waktu tidur pada jam 22.00 atau sebelumnya melaporkan durasi tidur rata-rata 8 jam 10 menit, atau 33 menit lebih lama dari remaja yang tidur pada pukul 23.00 (7 jam, 37 menit) dan 40 menit lebih lama lagi daripada mereka yang tidur pada tengah malam atau lambat (7 jam, 30 menit).
Peneliti melaporkan bahwa ada sejumlah mekanisme potensial secara parsial antara kurang tidur kronis terhadap depresi dan bunuh diri. Kekurangan tidur dapat mempengaruhi modulasi otak pada tanggapan emosional terhadap respon permusuhan; memproduksi kemurungan yang menghambat kemampuan adaptasi stres sehari-hari dan mengganggu hubungan sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa; dan mempengaruhi penilaian, konsentrasi, dan pengendalian impuls. Peneliti menyarankan bahwa intervensi yang melibatkan perilaku membimbing remaja dan orang tua mereka tentang praktik-praktik ketertiban tidur secara sehat dan membantu mengubah kebiasaan tidur maladaptive bisa memutus keterkaitan terhadap depresi dan bunuh diri.
sumber
|
|