You Now Here »

Waw Mengungkap Siapakah Sosok Laksamana Maeda  (Read 1042 times - 42 votes) 

must_know

  • More Share Forum Topic
  • [MS] kepala suku
  • ******
  • must_know sangat terkenal!must_know sangat terkenal!must_know sangat terkenal!must_know sangat terkenal!must_know sangat terkenal!must_know sangat terkenal!
  • Rep Power: 6
  • Join: March 15, 2013
  • Posts: 27,779
  • Poin: 27.858
  • About me: Segera Lapor Momod Jika Konten bermasalah!
  • IP member tracker Logged
Waw Mengungkap Siapakah Sosok Laksamana Maeda
« on: December 09, 2014, 09:00:17 PM »



(click to show)

(click to show)

(click to show)

Anti Repsol :ilovekaskuss
(click to show)


Thanks For Everyone  Yang Udah Bikin HT-34 Ini Trid

(click to show)


(click to show)


(1) Laksamana Muda Maeda Tadashi (lahir di Kagoshima, Jepang, 3 Maret 1898 – meninggal 13 Desember 1977 pada umur 79 tahun) adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Laksamana Maeda memiliki peran yang cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia, dimana beliau telah mempersilahkan kediamannya yang berada di Jl. Imam Bonjol, No.1, Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Moh.Hatta dan Achmad Soebardjo, ditambah sang juru ketik Sayuti Melik, selain itu, beliau juga bersedia menjamin keamanan bagi mereka.

Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia

 

Cerita Yang Berhubungan

(2) Kesibukan luar biasa tampak di sebuah rumah berlantai dua di Jl Teji Meijidori No 1. Terlihat puluhan pemuda bergerombol, ada yang duduk-duduk di teras rumah tersebut. Ada pula yang duduk-duduk di rumput pekarangan sambil mengobrol. Mereka menampakkan wajah yang serius, tanpa memperdulikan sengatan angin dingin pada dini hari menjelang subuh. Para pemuda ini dengan sabar tengah menunggu apa yang akan diputuskan oleh para pimpinan mereka di lantai satu rumah tersebut.

(click to show)

(Rumah Laksamana Maeda)

Peristiwa diatas bukan terjadi di Jepang. Tapi di Jakarta. Yang disebut Jl Teji Meijidori No. 1 (kini Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat), adalah kediaman Laksamana Tadashi Maeda, panglima AL Jepang di Indonesia. Di kediaman petinggi militer Jepang inilah, Bung Karno, Bung Hatta, dan para tokoh pergerakan kemerdekaan, tengah menyusun teks proklamasi. Mereka seolah-olah bergelut dengan waktu, karena teks proklamasi itu akan dibacakan pagi harinya, 17 Agustus 1945. Detik-detik menjelang proklamasi itu, memang menegangkan bagi para pemuda itu.

 


(2) Pada 14 Agustus petang, Syahrir memberitahukan kepada Bung Karno dan Hatta, yang bersama dengan dr Radjiman Wedyodiningrat baru pulang dari Dallath, Vietnam memenuhi undangan Panglima Tertinggi Tentara Jepang di Asia Tenggara. Pemberitahuan itu tentang kekalahan Jepang dari Sekutu. Tak ada yang tahu berita ini, kendati kekalahan Jepang itu sudah terjadi pada 6 Agustus 1945, ketika bom atom pertama membakar Hiroshima. Sebanyak 70 ribu dari 350 ribu penduduk Hiroshima, tewas. Jepang kian takluk ketika bom atom kedua dijatuhkan ke kota Nagasaki, menewaskan 75 ribu penduduknya.

(click to show)

(Ledakan Bom Di Nagasaki-Hiroshima )

Kekalahan ini sangat dirahasiakan di Indonesia. Waktu itu rakyat hanya boleh mendengar berita-berita yang bersumber dari Jepang yang kebanyakan berisi propaganda. Semua radio disegel dan mereka yang mendengar siaran luar negeri dianggap ‘mata-mata musuh’ dan bisa dihukum mati. Ditengah-tengah ancaman ini, ada gerakan dibawah tanah dipimpin Sutan Syahrir yang mendengar kekalahan Jepang.

 


(2) Setelah dicek kepada Laksamana Maeda di kantornya di Merdeka Timur (Direktorat Jenderal Perhubungan Laut), petinggi Jepang ini membenarkan berita tersebut. Namun ia menegaskan belum menerima kabar langsung dari Tokio. Bung Karno yang menginginkan agar proklamasi kemerdekaan diputuskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), menolak usulan para pemuda revolusioner yang mendatangi kediamannya di Jl Proklmasi 57, pada 15 Agustus pukul 22.00.

(click to show)

(PPKI )

Para pemuda yang diwakili oleh Wikana dan Darwis, meminta agar kemerdekaan diproklamasikan malam itu juga. Wikana dengan nada mengancam mengatakan, bila Bung Karno enggan memaklumkan kemerdekaan malam ini juga, niscaya akan meletus pertempuran keesokan harinya. Mendengar omongan ini, memicu kemarahan Bung Karno. “Apakah saudara sudah siap betul-betul melancarkan suatu revolusi? Kalau gagal, bagaimana ? Bukankah rakyat nanti menjadi korban?” Bung Karno menghardik Wikana. Nyali Wikana tak surut menerima sergahan. “Rakyat siap berontak. Pemuda yang akan memimpin pemberontakan rakyat,” kata Wikana memotong tajam ucapan Bung Karno.

 


(2) Kelancangan Wikana ini mengobarkan api kemarahan Bung Karno. Bangkit dari tempat duduknya, halilintar kemarahan pun memecah keheningan ruangan : “Biar digorok leherku, aku tidak akan memproklamirkan kemerdekaan malam ini, besok atau kapan saja. Kamu jangan coba-coba mengancam aku, ya!” Bung Karno menghardik Wikana.

(click to show)

(wikana )

Setelah Wikana dan Darwis melaporkan kepada para pemuda hasil pertemuannya di kediaman Bung Karno, maka Kamis 16 Agustus pukul 04.00 Bung Karno dan Bung Hatta diungsikan ke Rengasdenglok, Karawang, Jabar. Mr Achmad Subardjo menjemput keduanya untuk kembali ke Jakarta. Mereka tiba di kediaman masing-masing pukul 23.00. Bung Karno mengantar Ibu Fatmawati dan Guntur yang masih bayi, dan kemudian menuju ke kediaman Laksamana Maeda.

 


(2) Demikian jugBung Hatta. Di rumah perwira tinggi AL Jepang ini sudah banyak orang berkumpul, termasuk para anggota PPKI. Bung Karno dan Bung Hatta diantar Laksamana Maeda menemui Mayor Jenderal Nishimura. Maksudnya, untuk mengetahui sikap perwira tinggi AD Jepang tentang pengumuman proklamasi. Pati AD Jepang itu berpendirian sesuai dengan peraturan internasional bahwa setelah menyerah pada Sekutu, tentara Jepang harus memelihara status quo. Tidak boleh mengadakan perubahan apa-apa. Akhirnya, Bung Karno dan Bung Hatta mengambil kesimpulan tidak perlu lagi mengadakan pembicaraan dengan pihak Jepang.

(click to show)

(Saat pengibaran bendera pusaka merah putih )

Mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Jam menunjukkan 17 Agustus pukul 02.00. Maka disusunlah teks proklamasi. Rumusan itu ditulis di atas kertas buku catatan bergaris biru, dari seorang hadirin. Rampung, Bung Karno meminta persetujuan yang hadir. Gemuruh suara menyatakan setuju. Teks proklamasi kemudian diketik Sayuti Melik, di dekat dapur kediaman Laksamana Maeda. Rapat berakhir pukul 04.00. Dan pukul 10.00 pagi pun Indonesia sudah merdeka.


Apa Kata Gambar

1
(click to show)

2
(click to show)

3
(click to show)


Apa Kata Ts  ?

"Semoga semangat perjuangan pejuang kita dahulu bisa menular kepada kita yang hanya di tugasi untuk memepertahankan kemerdekaan dan memajukan bangsa ini "



Sumber 1 : id.wikipedia.org/wiki/Maeda_Tadashi

Sumber 2 :
Code: [Select]
http://alwishahab.wordpress.com/2009...ksamana-maeda/
http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/05/laksamana-maeda/

Sumber Gambar : google.com

(click to show)

(click to show)

(click to show)

Tambaan Kaskuser


Original Posted By endiks ►"Your excellency", kata Maeda kepada Bung Karno dengan penghormatan militer.
Maeda adalah perwira militer pertama yang menemui Bung Karno pasca Proklamasi dengan pakaian kebesaran militer.
Beliau sebagai seorang perwira tinggi adalah representatif Jepun di Indonesia. Menurut ane ini perlakuan ini dapat mengindikasikan Jepun menyerah kepada Indonesia lho sob, meski Maeda mungkin melakukannya secara sepihak, mengingat status quo akibat kekalahan. tapi Maeda tetap adalah representatif.
mengenai pertanyaan kenapa beliau membantu Indonesia, Sayuti Melik pernah menanyakan kepada beliau.
Melalui Nishijima, seorang ajudan dan juru bicaranya, Bung Sayuti Melik mendapatke petromaksnya sob.
"Jepang mati! saya sendiri sebentar lagi juga akan mati, apapun yang saya perbuat. Jika saya ikut menyerahkan Indonesia kepada Sekutu sebagai inventaris, saya juga mati, dan jika saya sekarang ini membantu Bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan, saya juga akan mati. Maka akan sama sama mati, lebih baik hidupku yang tinggal beberapa hari ini, saya bantukan kepada Bangsa Indonesia yang sedang bangkit."
ini mungkin melenceng dari policy Jepun saat itu, tapi sebagai seorang perwira ini adalah sikap never give up. Harakiri model baru kali sob. Dia pasti menebak, sekutu akan mengalami hal yang alot di Indonesia.
Pasca proklamasi, Maeda juga memberikan sedikit kiprahnya.
Melalui Nishijima, beliau mengingatkan kepada Bung karno mengenai acceptability Piagam Jakarta. Ingat yang sila 1 tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dengan bla bla bla. Beliau menilai Wilayah Indonesia yang majemuk dengan berbagai keyakinan akan susah menerimanya. Kemudian hal ini diforumkan dengan Golongan Islam dan Golongan Nasionalis dan pada akhirnya di setujui.
Reuni Maeda Tadashi dengan Indonesia terjadi di 17 Agustus 1973, beliau diundang di Upacara Kemerdekaan dan bertemu dengan Bung Hatta.
pada kesempatan yang sama beliau mendapatkan Bintang Jasa Nararya

begitu sob versi Sayuti Melik yang kemudian disusun oleh Aristides kattopo 1981

Ane salut dengan Maeda sob, ksatria. ane salut juga dengan gentlementnya jepun, makanya ane hargai dengan mentorrent karya penerusnya dalam pilem Jav

taruh page one jika berkenan sob



Original Source
:beer:


View Mobile Web Short URL: