Tony Gede:
Kalau buat penambangan dan hilirisasi nikel, ga usah tunggu investor EU buat bikin pabrik di Indonesia melulu.
Kok kita musti melulu cuma mengharapkan investor luar? Kenapa ga yang bangun industrinya orang2 kita sendiri?
Untuk penambangan nikel, dengan teknologi Smelter STAL dan dengan membangun koperasi2 produksi tambang nikel rakyat, pengolahan ini bisa dilakukan oleh para pelaku dalam negeri.
Dengan modal Bumdes Bersama, beberapa desa di satu kawasan juga bisa menyatukan modal Dana Desa mereka untuk membentuk unit usaha koperasi pekerja. Koperasi pekerja ini bisa dibuat untuk membangun pabrik pengolahan nikel juga.
Ini cuma satu contoh aja.
Yang jelas, sudah bagus sikap keras Jokowi yang tidak membiarkan negara kita maupun negara2 Asean didikte oleh Uni Eropa.
Akan lebih bagus lagi kalau industri2 hilirisasi ini bisa dibangun oleh anak2 negeri sendiri. Ga perlu menunggu atau mengharapkan investor luar melulu. Yang ada juga nantinya mereka yg jadi penguasa, sementara rakyat kebanyakan cuma jadi jongos mereka.
Martabak Sweet:
Industry dibangun anak2 negeri sendiri. Idealnya seperti itu. Tapi yang mensabotase justru anak2 negeri sendiri (pejabat). Ditahan-tahan, dibuat lama urusan perijinan, di lempar kesana kemari, jika bukan pejabat tersebut yang "membawa".
Pernah menonton video Jokowi yang marah marah dulu karena kerja BUMN lambat dan cuma minta dimodali?
Tony Gede:
Bu Marta. Saya ada bikin 2 tulisan terbaru.
Yang satu tentang pertanian kolektif memanfaatkan Bumdes dan koperasi pekerja untuk atasi masalah pertanian dan pengangguran di desa.
Kedua adalah ttg kelemahan program Food Estate dan solusinya.
Mampir yaaa?
??
Martabak Sweet:
Ya Bang Tony, nanti dibaca. Agak sibuk akhir-akhir ini.
Tony Gede:
Ah iya bener...
Ngeselinnya di situ emang...
Rosita:
Contoh terdekat, kproyek Kereta cepat, Jkt Bdg. Semula, murni B 2B, ehhh, minta PMN.
Selain Hilirisasi, selanjunya, IKN..
HolyGanZ:
Kemampuan anak negeri sendiri tidak perlu diragukan, tinggal niat para pengambil keputusan untuk mandiri.
Aan Widjaya:
Bisa dilakukan sendiri asalkan sudah menguasai tehnologinya termasuk mesin dan pangsa pasar yang hanya dimiliki oleh investor asing, misalnya hotel international HILTON contohnya, setelah bangun industri (hotel) langsung terisi karena ada pangsa pasarnya. Contoh industri ESEMKA, bisa bangun tapi tidak punya pangsa pasar, ya terseok seok bahkan bisa mati suri kalau pemerintah tdk beli.
Tony Gede:
Untuk awal, di mana industri sendiri masih belum kuat, maka memang perlu peran pemerintah untuk memberi perlindungan. Misal melalui order barang jasa pemerintah. Atau perlindungan dengan keistimewaan pajak.
Dulu waktu industri mobil di Jepang masih tahap embrio, pemerintah Jepang juga menginkubasi industrinya. Gak langsung dilepas gitu aja untuk bersaing, karena bisa mati sebelum berkembang.
Setelah belakangan industrinya kuat, baru dilepas bersaing di dunia internasional.
Di Indonesia, mustinya juga begitu. Peran pemerintah penting untuk menginkubasi industri2 hilirisasi kita saat masih di tahap awal. Nanti pas udah kuat dan besar, baru dilepas bersaing di pasar internasional.
Tapinya juga pelaku2 industrinya jangan manja trus keenakan. Saat diinkubasi, harus terus mengembangkan kemampuan, agar satu saat mumpuni buat menjajal persaingan pasar dunia.
Aan Widjaya:
Paling gampang sebenarnya,investor asing diwajibkan go public di Indonesia jadi tbk sehingga bisa dikuasai lokal daripada susah susah harus ada peran pemerintah harus beli barang produk sendiri dan merugikan negara karena mutunya belum standard ,lihat saja ESEMKA nggak jelas,masih ptroduksi nggak ya,apa ganti produk mobil untuk mengangkut hasil bumi?
Tony Gede:
Buat investor asing go public di Indonesia, ya termasuk usul yg bagus.
Hanya saja, concern saya di sini adalah gimana supaya anak2 bangsa kita sendiri bisa mulai perusahaan2 industri sendiri, yang dimiliki bersama secara demokratis, seperti Mondragon Cooperative.
Kalau investor asing go public, memang sahamnya bisa dikuasai lokal. Dengan catatan, tapinya, bahwa pegawai2 lokalnya juga diberi peluang untuk jadi pemilik saham.
Tapi yg saya kuatirkan adalah, kalaupun go public di Indonesia, ujung2nya malah dibeli sama investor besar dari luar negeri. Kalau kayak gini kan ujung2nya sama aja. Rakyat kita ya jadi jongos investor luar aja.
Aan Widjaya:
"Hanya saja, concern saya di sini adalah gimana supaya anak2 bangsa kita sendiri bisa mulai perusahaan2 industri sendiri, yang dimiliki bersama secara demokratis, seperti Mondragon Cooperative." Jawab: Ya dimulai mereka yg bekerja di perusahaan itu yg membuat perusahaan yg sejenis.
Kalau investor asing go public, memang sahamnya bisa dikuasai lokal. Dengan catatan, tapinya, bahwa pegawai2 lokalnya juga diberi peluang untuk jadi pemilik saham." Jawab: Bisa dilakukan dengan membeli saham tersebut di bursa saham. dengan adanya alokasi misal 10% saham, ini juga rawan kalau saham itu bisa dijual oleh pekerja ke orang lain,bisa ke asing, nggak ada jaminan saham yang dimilik pekerja tidak dijual oleh pekerjanya sendiri.
Kalau mau perusahaannya sahamnya dimiliki oleh pekerja,maka pendirian perusahaan harus dimulai dari nol oleh mereka mereka pekerja dan ingatkan resikonya, kalau bangkrut bagaimana?.
Tony Gede:
Namanya koperasi pekerja itu ya memang perusahaan.
Yg namanya perusahaan, ada resiko bangkrut kalau ga dikelola dengan bener
Salah satu kelemahan koperasi yang anggotanya seragam, misalnya semua hanya pekerja industri, adalah soal kurangnya skill kewirausahaan dan manajemen.
Tapi ini bisa dipecahkan.
Pilihan pertama, perusahaan koperasi pekerja bisa menggaji CEO dan manajer2.
Cuma klo begini, CEO dan manajer2 belum tentu jadi anggota, dan bisa dipecat kapan saja. Enak di pekerja, ga enak di CEO dan manajer.
Pilihan kedua, koperasi pekerja ini bisa dibuat sebagai koperasi multipihak. Dan bentuk ini sudah bisa diterapkan sejak keluarnya peraturan menteri 2021 kemaren.
Dengan bentuk ini, keanggotaan koperasi bisa dibagi misalnya jadi 2 kelompok:
1. Pihak kewirausahaan, yg anggotanya adalah para founder
2. Pihak pekerja, yg anggotanya adalah para pekerja
Jumlah besaran hak suara per kelompok ditetapkan porsinya. Jadi ga musti satu orang satu suara.
Karena kalau jumlah founder cuma 5, tapi pekerja ribuan, dngn sistem satu orang satu suara, ya founder pasti kalah suara terus. Dan ini bisa jadi penindasan kelompok.
Tpi klo ditetapkan bahwa porsi suara kelompok founder adalah 45%, dan kelompok pekerja 55%, misalnya, maka bisa lebih berimbang.
Ini untuk rapat antara 2 kelompok.
Dalam rapat internal tiap kelompok, yg berlaku ya tetap 1 orang 1 suara.
Nah, baru nanti dalam rapat anggota, tim manajemen bisa dirembukkan.
Btw, perbandingan jumlah suara dan perbandingan porsi kepemilikan koperasi bisa ditetapkan berbeda.
Kelompok founder, walau porsi suara 45%, bisa aja ditetapkan hanya dibagi kepemilikan perusahaan 10%. Dan pekerja 90%, walau hak suaranya 55%.
Dengan adanya kelompok kewirausahaan / founder dalam koperasi pekerja ini, apalagi klo mrk udh pengalaman, potensi sukses perusahaan lebih besar.
Aan Widjaya:
Adakah founder mau berbagi saham dengan karyawan? Saya rasa susah sekali bahkan mustahil mau.
Tony Gede:
sob. Saya ada bikin 2 tulisan terbaru.
Yang satu tentang pertanian kolektif memanfaatkan Bumdes dan koperasi pekerja untuk atasi masalah pertanian dan pengangguran di desa.
Kedua adalah ttg kelemahan program Food Estate dan solusinya.
Mampir sob.
Tony Gede:
Sudah ada contohnya kok. Salah satunya misalnya Stocksy. Coba aja cek2 mbah gugel soal koperasi multipihak yg namanya Stocksy.
Dan di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada founder2 yang mau berbagi saham dengan karyawan, melalui bentuk usaha koperasi.
Sayangnya, pada waktu itu bentuk koperasi multipihak belum keluar aturannya. Jadinya keganjel.
Ujung2nya ya milih PT.
Tony Gede:
Selain pemerintah membeli produk industri lokal, cara lainnya ya bisa dengan memberi keistimewaan pajak untuk produk dalam negeri, dan pajak lebih besar untuk barang2 impor.
Selain itu, industri2 asing yg buka di Indonesia diwajibkan untuk transfer teknologi juga. Sehingga nantinya kita sendiri bisa bikin produk dengan teknologi yang sudah diserap ini.
Kalau soal standard mutu, ya memang tugas pemerintah juga menetapkan dan memastikan produk2 yg dihasilkan itu memenuhi standard yang berlaku.
alex (¬_¬):
Btw, just curious, diplomat2 kita di Eropa ngapain aja ya? Komunikasi mereka dg stake-holdersnya di negara2 itu selama ini isinya apa saja dan bagaimana arah-arahnya?
Garuda Di Dada ku:
Mr. Anonimus:
Semangat Pak Jokowi, Uni Eropa akan mengalami sunset... teriak-teriak hanya untuk agar terlihat masih eksis...
Njoto:
Dalam benak kepala si anues, hilirisasi adalah program pertama yg akan di stop nya
?
⡷⠂FЯΞΞZ⠐⢾
?:
Di ganti naturalisasi..
Shi Rah Moe Met:
Wan jembaot gak mau pusing bikin pabrik ini yg disukai bohir pendukungnya, jual aja mentah yg untung eksportir negara gigit jari krn dapatnys kecil...emang Abas mikirin?
cinick:
tu nikel bakal dinaturalisasi sama mas anies, gak boleh dihilirisasi, harus dijual mentahnya saja
Teras Samping:
Keberpihakan mas. Kasihan rakyat miskin dan UMKM di Uni Eropa, mereka kekurangan bahan baku. Ntar banyak PHK.
Pribadi simpel:
Satire nya gw ponten 7.
Kalo lbh jelas tapi lebih nylekit lagi gw kasih 8,5
Teras Samping:
Wkwk terimakasih, saya pikirkan dulu.
?
Sardijanto Djoemairi:
Tunggu genapin PT 20% dululah klo mau bikin program. Jangan2, gak dapat tiket buat nyapres nantinya...
*------------NOTE:
Demikian Kumpulan nyinyiran netizen terkait artikel Hanya Jokowi Yang Berani Tampar Uni Eropa Lewat Pidato Menohok Seword Indonesia Maju yang dituangkan dalam bentuk Komentar. Semua komentar diatas bukanlah rekayasa dan memang benar apa adanya hasil cuitan keluh kesah yang kita kutip dari sumber resminya. Kami tidak bertanggung jawab atas isi komentar tersebut! Hanya sekedar memberi informasi yang sedang viral diperbincangkan! jika ingin membaca dan ingin mengetahui sumber resmi berita aslinya, silakan langsung ke sumber resminya. Terimakasih.https://seword.com/politik/hanya-jokowi-yang-berani-tampar-uni-eropa-lewat-YPcLhZffbU