Sunarto Hadisuryanto:
Siapa saja asal jgn ANIES. Dia berusaha merusak NKRI dengan tameng Perubahan. Dia bakal mengulangi kemenangannya lagi isu SARA. Dia akan terus pakai taktik dizalimi supaya menuai simpati. Dia akan menghalalkan segala cara untuk bisa meraih kekuasaan. JEGAL ANIES. TENGGELAMKAN ANIES
Laurent si Kucing Barbar:
sebenarnya taktik "dizalimi" adalah taktik klasik, yang buat saya nyaris dilakukan semua politisi di Indonesia.
Kenapa SBY terpilih? Karena ada kesan dizalimi oleh Megawati.
Kenapa Jokowi terpilih? Karena ada kesan dizalimi oleh PDIP di awal, lagian Mega juga sebenarnya pengen Puan yang maju.
Kenapa GP dipilih dari capres PDIP? Juga karena ada kesan kisruh dengan partai (dimana GP bisa disebut dizalimi), sehingga simpati naik, popularitas naik, dan akhirnya jadi capres dari PDIP.
Soal menjegal, sebenarnya itu juga gak perlu juga. Kalau rakyat memang sudah cerdas (seperti klaim pendukung Jokowi), maka Anies yang dibilang oleh mereka "bodoh" gak bakal terpilih.
Lah salah siapa terus? Ya salah kitalah, yang gampang terpikat oleh sosok yang dizalimi.
WeleWeleAntiJoker:
Tanpa dia, hemat energi, hemat biaya.. lho kok jadi mirip iklan bumn listrik?
Snipersiantar:
Termasuk para penulis dan komentator di Seword......sampe harus diarahkan dan dikasih instruksi tentang "siapa yang bisa melanjutkan kerja beliau".
?
WeleWeleAntiJoker:
Hahaha.. cek lagi seword.. mulai tambah banyak serangan gara2 ada yg bikin blunder ukraina gate
Laurent si Kucing Barbar:
ya gimana lagi, bukannya terlihat sebagai "sabar memilih yang terbaik", malah jadi lebih seperti anak kecil yang gak tahu sama sekali tentang apa yang terbaik buat dirinya
WeleWeleAntiJoker:
Ooo saya tahu kok
Bangsa kita bangsa yg bebal juga tegar tengkuk.. pemalas.. dll waktu sekolah malas tapi liar sampai harus dikasih contekan biar pada lulus semua ujiannya..
Laurent si Kucing Barbar:
mencontek, selain bentuk ketidajujuran dan kemalasan, juga sebenernya bentuk dari "ketidakpercayaan atas jawaban sendiri".
Misal anda nyontek di kelas, belum tentu sekelas itu lebih pinter dari anda. Tapi Anda toh tetap melakukan itu, karena Anda merasa gak percaya diri dengan jawaban sendiri, dan harus melihat jawaban orang lain untuk meyakinkan diri sendiri kalau jawaban Anda benar.
jancuk:
cawe² Pakde itu cenderung menjaga atmosfer politik dari issue SARA. adapun menyeret bangsa memilih GP lebih pada pendekatan karakter dan kredibilitasnya. ada pilihan yg lbh baik???
Laurent si Kucing Barbar:
kalau soal kredibilitas dan karakter, malah sebenarnya yang paling bagus itu AHOK, kalau dibandingkan dengan GP.
WeleWeleAntiJoker:
Yg lebih parah? Banyak..
jancuk:
hahaha..
Sunarto Hadisuryanto:
Ada salah satu BEM di Universitas negeri di Purwokerto, memberikan pandangan cawe cawenya Jokowi, tapi referensi yg dia gunakan adalah pendapat Rocky Gerung dan Amien Rais. Cetek banget. Dangkal. Itu mahasiswa apa corong oposisi sih?
Laurent si Kucing Barbar:
sebenarnya resiko sih dianggap "oposisi" ketika menggunakan referensi dari orang yang dianggap berseberangan dengan pemerintahan.
Lagipula, apa sebenarnya oposisi itu buruk? Tidak selalu, malah justru baik. Tapi memang sih, oposisi yang baik adalah oposisi yang berkualitas. Tidak asal melawan begitu saja tanpa analisa.
Untuk artikel ini, apakah saya pakai sumber oposisi? Malah justru enggak. Ini murni opini pribadi.
Sunarto Hadisuryanto:
Masalahnya mereka cuma opisisi yg asal melawan. Dan konyolnya perkataan nereka dipakai oleh BEM di salah satu univ negeri di Purwokerto untuk memberikan pandangan. Tidak cover both sides.
Laurent si Kucing Barbar:
Soal cover both sides, saya juga mengusahakan itu. Karena saya pribadi pun juga pernah jadi jurnalis kampus / pers mahasiswa.
Kalau misal ada mahasiswa yang gak cover both sides seperti itu? Artinya masalah memang ada di perguruan tinggi kita, ketika akademisi banyak yang tidak bijak, hanya asal pakai pernyataan pihak tertentu, yang bahkan gak diolah terlebih dulu.
Kalau misal mau benar mengkritisi, harusnya menggunakan data yang diolah dengan benar, interpretasi benar, kemudian dinyatakan secara benar juga.
Entah itu datanya dari pemerintah atau oposisi, kita harus tetap skeptis, karena data dari kedua belah pihak bisa jadi misleading, baik dari segi definisi, interpretasi, penyimpulan, atau penyajian datanya.
Sunarto Hadisuryanto:
Iya betul sekali. Contoh akademisi yang tidak bijak itu seperti Denny Indrayana. Bikin surat imoeachment thd presiden Jokowi dasarnya hanya asumsi, tidak ada data dan fakta
Laurent si Kucing Barbar:
makanya saya lebih suka jadi ilmuwan daripada politisi.
Politisi (siapapun) itu boleh ngibul asal terlihat benar.
Ilmuwan, boleh salah tapi gak boleh ngibul
*------------NOTE:
Demikian Kumpulan nyinyiran netizen terkait artikel Cawe Cawe Ala Jokowi Yang Adalah Sebuah Ironi Seword Indonesia Maju yang dituangkan dalam bentuk Komentar. Semua komentar diatas bukanlah rekayasa dan memang benar apa adanya hasil cuitan keluh kesah yang kita kutip dari sumber resminya. Kami tidak bertanggung jawab atas isi komentar tersebut! Hanya sekedar memberi informasi yang sedang viral diperbincangkan! jika ingin membaca dan ingin mengetahui sumber resmi berita aslinya, silakan langsung ke sumber resminya. Terimakasih.https://seword.com/politik/cawe-cawe-ala-jokowi-yang-adalah-sebuah-ironi-hRigGPHl5r