Anak muda ini masih 24 tahun. Dia menuntaskan tugas keluarganya, menjadi Pemadam Kebakaran. Dia gugur dalam kebakaran hebat di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Pusat.
Rumah itu jauh dari mewah. Sampai pukul 00.30, Jumat (11/12), puluhan orang masih datang. Sebagian adalah para pemadam kebakaran yang bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran di Jakarta. Itu adalah rumah Sugeng, pensiunan pegawai Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, ayahnya Sulis.
Sulistyo, adalah pegawai kontrak di Dinas Pemadam Kebakaran, pukul 16.30, Kamis (10/11) gugur saat bertugas memadamkan kebakaran di perkampungan Jalan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Pusat.
Sejak kecil dia tinggal di rumah dinas, jatah bapaknya di asramana karyawan Dinas Pemadam Kebakaran di Jalan Kiai Haji Zaenal Arifin, 71 Jakarta Pusat.
Rumah itu ditingkat dua, karena sempit. Di lantai bawah ada ruang tamu kecil, dapur dan kamar mandi. Di atas, kamar tidur. Tidak ada perabot mewah, kecuali kursi dan TV.
"Sejak kecil, Sulis sudah bercita-cita jadi pemadam kebakaran. Kalau saya pulang tugas, dia senang sekali memakai sepatu boot pemadam kebakaran,'' kata Sugeng, ayah Sulis dengan mata berlinang.
Sugeng, baru dua tahun pensiun. Dia sudah mengabdikan dirinya sejak tahun 1972 sebagai pemadam kebakaran di DPK Jakarta Pusat. Ratusan medan kebakaran sudah dia lewati.
''Anak itu masih muda, belum berpengalaman dengan kebakaran,'' kata Sugeng.
Suasana duka terasa di rumah almarhum Sulis. Puluhan petugas pemadam kebakaran melayat. ''Sulis tertimbun reruntuhan tembok saat melakukan overhaul atau pendinginan,'' kata Hari Purnama, anggota DPK dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Hari adalah salah satu saksi mata yang melihat saat terakhir Sulis. Kata Hari, waktu itu dia sudah ada di dalam. Sedangkan Sulis di depan melakukan pendinginan.
Sulis menarik selang. Rupanya, ada tembok yang rapuh tepat di pinggir Sulis. Tembok itu rubuh. Tiga orang petugas pemadam tertimpa. '"Saya langsung berusaha melakukan evakuasi. Butuh satu jam untuk menemukan tubuh Sulis,'' kata Hari.
Waktu dilarikan dengan ambulan, Sulis sudah tidak tertolong. Kemungkinan besar dia kekurangan oksigen karena terjebak di dalam reruntuhan.
Sulis adalah anak pertama Sugeng. Dia dua bersaudara. Adiknya bernama Dini, baru lulus dari SMA. Sulis sendiri lulusan SMA 25 Jakarta Pusat.
Meski bapaknya anggota pemadam, Sulis tak mau KKN. Dia berusaha daftar resmi jadi anggota pemadam sendiri. ''Dia dua
kali gagal. Terakhir, dia mendaftar lagi dan diterima sebagai pegawai kontrak,'' kata Hari.
Titin Sumiarsih, ibunya Sulis beberapa kali pingsan. Dia tahu anaknya meninggal saat akan sholat Maghrib. Yang memberitahu adalah Andri, keponakan Sulis yang juga anggota Pemadam Kebakaran DKI.
''Tadi sebelum berangkat, Sulis bilang mau beli mobil. Katanya, ada temen yang mau jual mobil. Dia ngajak saya patungan untuk bayar cicilannya,'' kata Titin.
Yang juga menyedihkan buat sang ibu, sampai saat ini pacar Sulis, seorang pramugari di Lion Air, belum tahu bahwa Sulis sudah meninggal dalam tugas. ''Namanya Ajeng Ningtyas. Dia sedang tugas penerbangan,'' kata si Ibu.
Pukul 20.30, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo sempat melayat. Rencananya, jenazah Sulis akan dimakamkan di TPU Karet, Jumat siang (11/12)
SELAMAT JALAN SANG PENAKLUK API,,SEMOGA SEMUA JASAMU DITERIMA TUHAN Y.M.E :( :( :(
Mohon di Rate dan + rep nya